Yufroni Web --- Kerja Keras - Kerja Cerdas - Kerja Ikhlas

Yufroni Web --- Kerja Keras - Kerja Cerdas - Kerja Ikhlas

Saturday, 26 April 2014

FIKES UIKA Bogor Menyelenggarakan Seminar Gizi Nasional




FIKES UIKA Bogor

Untuk kedua kalinya Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Ibn Khaldun Bogor akan mengadakan event Seminar Kesehatan, setelah yang pertama dari kelas karyawan FIKES UIKA mengadakan "Seminar Kesehatan Reproduksi Remaja"

Pengurus HIMKESMAS UIKA Bogor Periode 2012/2014


FIKES UIKA Bogor

Pelantikan
Himpunan Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
Universitas Ibn Khaldun Bogor.

Friday, 4 April 2014

BAB II Tinjauan Pustaka "Stroke"

BAB II
Landasan Teori






2.1    Definisi Stroke
World Health Organization (WHO) mendefinisikan stroke sebagai suatu kumpulan gejala klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak, baik sebagian ataupun menyeluruh, secara tiba – tiba disebabkan oleh gangguan pembuluh darah. Stroke terjadi ketika aliran suplai darah untuk otak tiba - tiba terganggu atau ketika pembuluh darah di otak menjadi pecah, sehingga darah tumpah disekitar sel pada otak.
Gangguan tersebut akibat penyumbatan lumen pembuluh darah oleh trombosis atau emboli, pecahnya dinding pembuluh darah otak, perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah, dan perubahan viskositas maupun kualitas darah sendiri.
Menurut data statistik stroke terbanyak dijumpai pada usia diatas 55 tahun, walupaun dapat terjadi pada semua golongan usia. Insidens stroke karena perdarahan lebih sering terjadi pada usia 40 – 60 tahun.
Menurut taksiran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 20,5 juta jiwa di dunia sudah terjangkit stroke pada tahun 2001. Dari jumlah itu 5,5 juta telah meninggal dunia. Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke di dunia.
Di Indonesia penyakit ini menduduki posisi ketiga setelah jantung dan kanker. Sebanyak 28,5 persen penderita stroke meninggal dunia. Sisanya menderita kelumpuhan sebagian maupun total. Hanya 15 persen saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke dan kecacatan.

2.2  Gejala Umum
Gejala umum dari stroke tiba – tiba muncul dan sering lebih dari satu gejala pada waktu yang bersamaan, seperti :
1)      Adanya kelemahan otot wajah, biasanya tidak mampu mengangkat alis atau mengerutkan dahinya.
2)      Tiba tiba kebas atau terjadi kelemahan pada wajah, lengan, kaki, khususnya pada salah satu bagian tubuh.
3)      Tiba – tiba menjadi bingung, sulit berbicara, atau perkataan yang sulit dimengerti.
4)      Terjadi gangguan pada penglihatan pada salah satu atau kedua belah mata.
5)      Tiba – tiba menjadi sulit berjalan, pusing, kehilangan keseimbangan atau kordinasi.
6)      Tiba – tiba terjadi sakit kepala yang hebat tanpa diketahui penyebabnya.

2.3    Klasifikasi
Berdasarkan kelainan patologis stroke diklasifikasikan sebagai berikut
1.      Stroke hemoragik
a)      Perdarahan intra serebral
b)      Perdarahan ekstra serebral (subarakhnoid)
2.      Stroke non-hemoragik
a)      Stroke akibat trombosis serebri
b)      Emboli serebri

2.4    Stroke Hemoragik (Perdarahan)
Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan keluarnya darah ke jaringan parenkim otak, ruang cairan serebrospinalis disekitar otak atau kombinasi keduanya. Perdarahan tersebut menyebabkan gangguan serabut saraf otak melalui penekanan struktur otak dan juga oleh hematom yang menyebabkan iskemia pada jaringan sekitarnya. Peningkatan tekanan intracranial pada gilirannya akan menimbulkan herniasi jaringan otak dan menekan batang otak.
Etiologi dari Stroke Hemoragik :

1)      Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral ditemukan pada 10% dari seluruh kasus stroke, terdiri dari 80% di hemisfer otak dan sisanya di batang otak dan serebelum.
Gejala klinis :
a)      Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan aktivitas dan dapat didahului oleh gejala prodromal berupa peningkatan tekanan darah yaitu nyeri kepala, mual, muntah, gangguan memori, bingung, perdarhan retina, dan epistaksis.
b)      Penurunan kesadaran yang berat sampai koma disertai hemiplegia/hemiparese dan dapat disertai kejang fokal / umum.
c)      Tanda-tanda penekanan batang otak, gejala pupil unilateral, refleks pergerakan bola mata menghilang dan deserebrasi
d)     Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial (TTIK), misalnya papiledema dan perdarahan subhialoid.

2)      Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid adalah suatu keadaan dimana terjadi perdarahan di ruang subarakhnoid yang timbul secara primer.
Gejala klinis :
a)      Onset penyakit berupa nyeri kepala mendadak seperti meledak, dramatis, berlangsung dalam 1 – 2 detik sampai 1 menit.
b)      Vertigo, mual, muntah, banyak keringat, mengigil, mudah terangsang, gelisah dan kejang.
c)      Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian sadar dalam beberapa menit sampai beberapa jam.
d)     Dijumpai gejala-gejala rangsang meningen
e)      Perdarahan retina berupa perdarahan subhialid merupakan gejala karakteristik perdarahan subarakhnoid.
f)       Gangguan fungsi otonom berupa bradikardi atau takikardi, hipotensi atau hipertensi, banyak keringat, suhu badan meningkat, atau gangguan pernafasan

2.5  Stroke Non-Hemoragik/Iskemik (Sumbatan)
Pada tingkatan makroskopik, stroke non hemoragik paling sering disebabkan oleh emboli ektrakranial atau trombosis intrakranial. Selain itu, stroke non hemoragik juga dapat diakibatkan oleh penurunan aliran serebral. Pada tingkatan seluler, setiap proses yang mengganggu aliran darah menuju otak menyebabkan timbulnya kaskade iskemik yang berujung pada terjadinya kematian neuron dan infark serebri.
Iskemia jaringan otak timbul akibat sumbatan pada pembuluh darah merviko-kranial atau hipoperfusi jaringan otak oleh berbagai faktor seperti aterotrombosis, emboli, atau ketidakstabilan hemodinamik.
Aterotrombosis terjadi pada arteri-arteri besar dari daerah kepala dan leher dan dapat juga mengenai pembuluh arteri kecil atau percabangannya. Trombus yang terlokalisasi terjadi akibat penyempitan pembuluh darah oleh plak aterosklerotik sehingga menghalangi aliran darah pada bagian distal dari lokasi penyumbatan.
1)      Trombosis
Tempat terjadinya trombosis yang paling sering adalah titik percabangan arteri serebral utamaAdanya stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya turbulensi aliran darah (sehingga meningkatkan resiko pembentukan trombus aterosklerosis (ulserasi plak), dan perlengketan platelet.
Terjadi karena penyakit pembuluh halus hipersensitif dan menyebabkan sindrom stroke yang biasanya muncul dalam beberapa jam atau kadang-kadang lebih lama. Infark lakunar merupakan infark yang terjadi setelah oklusi aterotrombotik atau hialin lipid salah satu dari cabang-cabang penetrans sirkulus Willisi, arteria serebri media, atau arteri vertebralis dan basilaris. Trombosis yang terjadi di dalam pembuluh-pembuluh ini menyebabkan daerah-daerah infark yang kecil, lunak, dan disebut lacuna.
Gejala-gejala yang mungkin sangat berat, bergantung pada kedalaman pembuluh yang terkena menembus jaringan sebelum mengalami trombosis. Terdapat empat sindrom lakunar yang sering dijumpai :
·         Hemiparesis motorik murni akibat infark di kapsula interna posterior
·         Hemiparesis motorik murni akibat infark pars anterior kapsula interna
·         Stroke sensorik murni akibat infark thalamus
·         Hemiparesis ataksik atau disartria serta gerakan tangan atau lengan yang canggung akibat infark pons basal

Stroke Trombotik Pembuluh Besar
Sebagian besar dari stroke ini terjadi saat tidur, sat pasien relative mengalami dehidrasi dan dinamika sirkulasi menurun. Gejala dan tanda akibat stroke iskemik ini bergantung pada lokasi sumbatan dan tingkat aliran kolateral di jaringan yang terkena. Stroke ini sering berkaitan dengan lesi aterosklerotik.
2)      Embolik
Asal stroke embolik dapat dari suatu arteri distal atau jantung. Stroke yang terjadi akibat embolus biasanya menimbulkan deficit neurologik mendadak dengan efek maksimum sejak awitan penyakit. Biasanya serangan terjadi saat pasien beraktivitas. Pasien dengan stroke kardioembolik memiliki risiko besar menderita stroke hemoragik di kemudian hari.
a)   Embolus yang dilepaskan oleh arteria karotis atau vertebralis, dapat berasal dari “plaque athersclerotique” yang berulserasi atau dari trombus yang melekat pada intima arteri akibat trauma tumpul pada daerah leher.
b)  Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada:
·         Penyakit jantung dengan “shunt” yang menghubungkan bagian kanan dengan bagian kiri atrium atau ventrikel;
·         Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan gangguan pada katup mitralis;
·         Fibralisi atrium;
·         Infarksio kordis akut;
·         Embolus yang berasal dari vena pulmonalis
·         Kadang-kadang pada kardiomiopati, fibrosis endrokardial, jantung miksomatosus sistemik;
c)   Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai:
·         Embolia septik, misalnya dari abses paru atau bronkiektasis.
·         Metastasis neoplasma yang sudah tiba di paru.
·         Embolisasi lemak dan udara atau gas N (seperti penyakit “caisson”).
Penyebab lain terjadinya trombosis adalah polisetemia, anemia sickle sel, defisiensi protein C, displasia fibromuskular dari arteri serebral, dan vasokonstriksi yang berkepanjangan akibat gangguan migren. Setiap proses yang menyebabkan diseksi arteri serebral juga dapat menyebabkan terjadinya stroke trombotik (contohnya trauma, diseksi aorta thorasik, arteritis).

2.6  Faktor Risiko Stroke
Secara garis besar faktor risiko stroke dibagi atas faktor risiko yang dapat dimodifikasi (modifiable) dan yang tidak dapat dimodifikasi (nonmodifiable). Faktor risiko stroke yang dapat dimodifikasi diantaranya adalah hipertensi, penyakit jantung (fibrilasi atrium), diabetes melitus, merokok, konsumsi alkohol, hiperlipidemia, kurang aktifitas, dan stenosis arteri karotis. Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain usia, jenis kelamin, ras/suku, dan faktor genetik.
Menurut The seventh report of the joint national commite on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure (JNC 7), klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2.
Diabetes mellitus juga merupakan faktor yang signifikan dan terjadi pada 10% pasien stroke. Keadaan ini dihubungkan dengan terjadinya atherosklerosis intrakranial.

2.7  Aliran Darah ke Otak.
1)       Faktor yang mepengaruhi aliran darah ke otak :
a)   Keadaan pembuluh darah, bila menyempit akibat stenosis atau ateroma atau tersumbat oleh trombus/embolus.
b)   Keadaan darah: viskositas darah yang meningkat, hematokrit yang meningkat (polisetemial) yang menyebabkan aliran darah ke otak lebih lambat: anemia yang berat menyebabkan oksigenasi otak menurun.
c)   Tekanan darah sistematik memegang peranan tekanan perfusi otak. Perlu diingat apa yang disebut otoregulasi otak yakni kemampuan intrinsik dari pembuluh darah otak agar aliran darah otak tetap konstan walaupun ada perubahan dari tekanan perfusi otak. Batas normal otoregulasi antara 50-150 mmHg. Pada penderita hipertensi otoregulasi otak bergeser ke kanan.
d)  Kelainan jantung, sehingga menyebabkan menurunnya curah jantung , dan lepasnya embolus  yang dapat menimbulkan iskemia di otak.

2)      Perubahan Fisiologi Pada Aliran Darah Otak
Pengurangan aliran darah yang disebabkan oleh sumbatan akan menyebabkan iskemia di suatu daerah otak. Terdapatnya kolateral di sekitarnya disertai mekanisme kompensasi fokal berupa vasodilatasi, memungkinkan terjadinya beberapa keadaan berikut ini:
a)      Pada sumbatan kecil, terjadi daerah iskemia yang dalam waktu singkat dikompensasi dengan mekanisme kolateral dan vasodilatasi lokal. Secara klinis gejala yang timbul adalah transient ischemic attack (TIA) yang timbul dapat berupa hemiparesis yang menghilang sebelum 24 jam atau amnesia umum sepintas.
b)      Bila sumbatan agak besar, daerah iskemia lebih luas. Penurunan CBF regional lebih besar, tetapi dengan mekanisme kompensasi masih mampu memulihkan fungsi neurologik dalam waktu beberapa hari sampai dengan 2 minggu. Mungkin pada pemeriksaan klinik ada sedikit gangguan. Keadaan ini secara klinis disebut RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit).
c)      Sumbatan yang cukup besar menyebabkan daerah iskemia yang luas sehingga mekanisme kolateral dan kompensasi tak dapat mengatasinya. Dalam keadaan ini timbul defisit neurologi yang berlanjut.

2.8  Iskemia
Iskemia adalah berkurangnya aliran darah yang dapat menyebabkan perubahan fungsional pada sel normal. Iskemia menyebabkan perubahan dalam metabolisme otak, penurunan tingkat metabolisme, dan krisis energi. Gejala iskemia otak dapat mencakup ketidaksadaran, kebutaan, masalah dengan koordinasi, dan kelemahan dalam tubuh.
 Ada dua jenis iskemia: iskemia fokal, yang terbatas pada wilayah tertentu dari otak, dan iskemia global yang meliputi wilayah luas jaringan otak. 
iskemia otak Focal mengurangi aliran darah ke daerah otak tertentu, meningkatkan resiko kematian sel pada area tertentu. Hal ini dapat baik disebabkan oleh trombosis atau emboli. 
Iskemia otak global terjadi ketika aliran darah ke otak terhenti atau berkurang drastis. Hal ini biasanya disebabkan oleh serangan jantung ika cukup sirkulasi akan dipulihkan dalam waktu singkat, mungkin gejala sementara. Namun, jika sejumlah besar waktu berlalu sebelum restorasi, kerusakan otak dapat permanen. Sementara reperfusi mungkin penting untuk melindungi sebagai jaringan otak sebanyak mungkin, juga dapat menyebabkan cedera reperfusi . cedera Reperfusi diklasifikasikan sebagai kerusakan yang terjadi kemudian setelah restorasi suplai darah ke jaringan iskemik.
Pada kebanyakan kasus, penyebab utama dari iskemia otak fokal merupakan atherosclerosis arteri ekstracranial yang terletak di bagian leher dan dasar otak.
Sampai saat ini patogenesis dari atherosclerosis belum sepenuhnya dipahami, tetapi diduga bahwa kerusakan dan disfungsi dari sel endothel merupakan tahap awal dari terbentuknya atherosclerosis. Sel endothel ini dapat mengalami kerusakan oleh karena low-density lipoprotein, radikal bebas, hipertensi, diabetes, homosistein, ataupun agen infeksius lain. Kemudian monosit dan limfosit T akan menempel pada lokasi yang mengalami kerusakan dan bermigrasi ke lapisan subendothelial, dimana monosit dan makrofag turunan monosit berubah menjadi foam cell. Lesi yang terbentuk ini disebut juga fatty streak.
Pelepasan growth factor dan chemotactic factor dari sel endothel dan makrofag ini akan menstimulasi proliferasi dan migrasi otot polos intima, yang menyebabkan pembentukan plak fibrous. Platelet yang menempel pada lokasi endothel yang mengalami kerusakan juga ikut melepaskan growth factor dan chemotactic factor. Hasilnya, lesi atheroma akan semakin membesar dan dapat ruptur sehingga menyebabkan oklusi pada lumen pembuluh darah, atau dapat menjadi penyebab emboli artheromatous atau emboli platelet

2.9  Strategi Penanggulangan Stroke
Sekurang-kurangnya ada 5 komponen dalam strategi penanggulangan stroke (Warlow,1996, pokdi serebrovaskuler & Neurogeriatri,2000). Kelima komponen tersebut adalah :
1)      Promotif. Upaya ini bertujuan untuk menurunkan angka kejadian stroke dengan mencegah peningkatan faktor risiko stroke di masyarakat. Termasuk upaya ini adalah kampanye atau penyuluhan tentang gaya hidup sehat agar terhindar dari berbagai faktor risiko, seperti merokok, minum alkohol, inaktivitas, dan obesitas.
2)      Prevensi primer, upaya ini bertujuan untuk menurunkan angka kejadian stroke dengan mencari dan mengobati individu yang mempunyai faktor risiko tinggi terserang stroke. Antara lain hipertendi, diabetes mellitus, dan penyakit jantung.
3)      Prevensi sekunder, untuk mencegah serangan ulang pada penderita yang pernah mengalami serangan stroke atau tia (transient ischemic attack). Upaya ini diharapkan dapat menurunkan angka kekambuhan (frekuensi).
4)      Terapi stroke fase akut. Upaya ini bertujuan untuk menurunkan angka kematian dan kecacatan pada penderita yang mengalami serangan stroke untuk pertama kalinya maupun serangan ulang.
5)      Rehabilitasi. Disamping keempat komponen di atas, tidak kalah pentingnya adalah usaha meningkatkan kemandirian penderita melalui upaya rehabilitasi. 


2.10          Tingkat dan Bentuk Upaya Pencegahan
1)      Tingkat Awal
Mencegah terjadinya resiko terhadap penyakit stroke dengan cara: Menjaga pola hidup sehat sepeti istirahat yang cukup, makan makanan bergizi, dan rutin berolahraga, dan mencuci tangan sebelum makan.

2)      Tingkat Pertama
Mencegah penyakit melalui usaha mengatasi faktor-faktor resiko melalui usaha meningkatkan derajat kesehatan secara umum, yaitu: Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pola hidup sehat,  Memberikan penyuluhan tentang pengaruh makanan dan aktivitas terhadap jantung dan peredaran darah, penyuluhan tentang hipertensi.

3)      Tingkat Kedua
Sasarannya yaitu orang yang baru terkena penyakit/terancam menderita stroke, melalui diagnosis dini dan pemberian pengobatan yang cepat dan tepat.
Diagnosis atau pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologi, Tujuan pemeriksaan tersebut adalah untuk mendeteksi atau memisahkan stroke dengan kelainan lain yang menyerupai stroke.
Tengkorak dan tulang belakang pun harus diperiksa dan tanda-tanda meningimus pun harus dicari. Adanya kelemahan otot wajah pada stroke, biasanya ditemukan pasien yang tidak mampu mengangkat alis atau mengerutkan dahinya.

4)      Tingkat ketiga

Sasarannya mencegah bertambah beratnya penyakit atau mencegah terjadinya cacat serta program rehabilitasi antara lain : memberikan intubasi, terapi pengontrolan tekanan darah dan gula darah, pasien stroke diposisikan telentang dengan kepala ditinggikan sekitar 30-45 derajat.

Lambang HIMKESMAS Beserta Maknanya



uika bogor







Lambang HIMKESMAS dan Maknanya
                 HIMKESMAS UIKA Bogor mempunyai lambang bulat berwarna dasar ungu dan berisi tujuh sayap yang bertuliskan FAKULTAS ILMU KESEHATAN, UNIVERSITAS IBN KHALDUN dan HIMKESMAS. Dan memiliki lambang prisai, berwarna abu didalamnya terdapat tongkat yang dililit ular, di atasnya terdapat  enam lidah api, beserta bintangnya dengan segi lima.
Dengan penjelasan sebagai berikut :

  1.      Tujuh sayap melambangkan waktu Universitas Ibn Khaldun didirikan 10 Desember 1959 mempunyai tujuh fakultas, tanggal 23 April 1961 ketika UIKA memisahkan diri dari Universitas Ibnu Chaldun, lambang tersebut tetap dipertahankan.
  2.       Dengan versi  warna ungu yang melambangkan warna khas KESEHATAN MASYARAKAT.
  3.       Lambang sebuah tongkat yang dililiti seekor ular merupakan lambang kesehatan sedunia. Tongkat tersebut adalah simbol kemandirian seorang tokoh kesehatan pada jaman dahulu yang bernama Asclepius dan ular adalah binatang yang berfungsi sebagai pengobatan, hal ini di hubungankan layaknya obat-obatan yang di gunakan saat ini selain memiliki efek samping untuk penyembuhan namun juga dapat menjadi racun bila salah pemakaian atau kelebihan dosis.
  4.      Enam lidah api melambangkan rukun iman, dan bintangnya melambangkan agama islam sebagai sumber hukum. keduaya di ambil dari logo Universitas Ibn Khaldun yang mencerminkan kampus islami. 
  5.       Lambang bulat dan warna ungu adalah lambang kesehatan masyarakat.
  6.       Lambang prisai dan warna abu adalah warna konservatif menandakan netralitas